AGENDA

-

Rabu, 15 Februari 2012

Artikel : Renungkanlah Kembali



                                 
TIGA MASALAH BESAR YANG SESUNGGUHNYA

  Oleh : Muchsin Bahanan, S.Sos*

Sabda Rasulullah yang sangat populer dikalangan umat islam  :
  
Dari Abu Hurairah Ra, beliau berkata ,Rasulullah Saw bersabda “Apabila seorang anak adam meninggal dunia, maka seluruh amalnya terputus kecuali tiga perkara ; Sedekah jariah, Ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya”  ( HR.Muslim ).

Tiga hal yang disebutkan Nabi tersebut sebagai masalah besar, karena semuanya berkaitan dengan bekal kita menghadap Allah. Bekal untuk memperpanjang kesempatan mendapat pahala, walaupun sudah mati. Bekal masa depan hidup kita yang abadi di akhirat. Modal untuk membangun rumah abadi di surga.

Bayangkanlah seorang manusia sudah mati, lalu misalnya amal kebaikannya hanya kurang sedikit, tapi ia sangat menentukan sehingga menyelamatkan dari neraka, apa yang bisa ia lakukan ? tidak bisa apa-apa, ia tidak bisa menambah kebaikan atau pahala sedikitpun. Kecuali kata Nabi saw, yang bisa menambah kebaikan dan pahala kita meskipun sudah mati adalah tiga perkara.

                                                                                                Pertama,
                                                                                Sedekah Jariah
                                                                                       ------------------
Sedekah jariah adalah mengeluarkan sebagian harta kita untuk kepentingan dan kemaslahatan umat Islam dan umat manusia pada umumnya, seperti membangun masjid, madrasah, TPQ, pesantren, yayasan da’wah, panti asuhan muslim, membangun jembatan, jalan dsb. Selama berbagai proyek tersebut masih dimanfaatkan oleh umat islam dan manusia pada umumnya, maka selama itu kita yang terlibat membangun, meskipun kita sudah mati masih terus mendapatkan kiriman pahala dan kebaikan dari sedekah jariah kita. Hitungan kasar pahala sedekah jariah itu adalah sebagai berikut, Anda membangun masjid atau ikut terlibat dalam pembangunan masjid, baik dengan uang, tenaga maupun pikiran,

Jika masjid itu digunakan shalat berjamaah lima waktu  sehari oleh sekitar 50 orang, maka setiap hari anda mendapatkan pahala dari orang-orang yang shalat lima waktu tersebut. Demikian pula bila masjid itu digunakan untuk kegiatan keislaman lainnya, misalnya untuk kajian islam, seperti Aqidah, Tafsir, Hadist dsb. Untuk kegiatan belajar mengajar Al-Qur’an, anda akan tetap mendapatkan pahala dari fungsionalisasi masjid yang anda bangun tersebut, dan itu sepanjang masa, bahkan walaupun anda sudah mati. Dengan catatan selama masjid itu digunakan untuk berbagai aktifitas dakwah dan kebaikan, bukan aktifitas bid’ah dan kemungkaran.

Adanya proyek sedekah jariah ini artinya, kita dianjurkan oleh Rasulullah untuk lebih memikirkan kepentingan dan kemaslahatan umat daripada memikirkan kepentingan diri kita sendiri. Bila kita hanya mementingkan kepentingan kita sendiri, maka harta kita yang bertumpuk-tumpuk dengan susah payah itu, begitu kita mati sudah tak berarti lagi dinikmati dan menjadi milik orang lain, tapi kita yang harus bertanggung jawab.  
Sebaliknya, bila kita memikirkan kemaslahatan umat dengan berbagai proyek dakwah dan sosial tersebut maka berarti kita memanjangkan usia kita, yaitu dengan proyek-proyek dakwah dan sosial yang telah kita bangun. Saking pentingnya mendahulukan maslahat umum daripada maslahat pribadi, sampai-sampai Rasulullah SAW bersada :

“ Sebaik-baik manusia adalah yang lebih banyak manfaatnya untuk manusia lainnya “ (Al-Mu’jamul Ausath)

Peduli kepada persoalan umat juga menjadi barometer kesempurnaan Islam kita. Orang yang hidupnya hanya untuk memikirkan urusan pribadinya, dan tidak pernah memikirkan urusan perjuangan islam dan umat islam hendaknya hidp ditengan hutan bersama binatang. Pertanyaannya adalah benarkah  keadaan proyek-proyek sosial umat islam telah maju ? tentu jawabnya, justru kondisinya sangat menyakitkan. Ini menunjukkan kesadaran amal jariah masih sangat rendah ditengah-tengah umat islam.  Padahal ini adalah pensiunan pahala yang tiada habis-habisnya. Bahkan masalah besar yang seharusnya mendapat perhatian exstra ketat dari kita. 

Kita tidak perlu menyalahkan orang lain, marilah kita tanya diri kita sendiri, sudah berapa banyak tenaga, pikiran dan harta yang kita curahkan untuk proyek sosial dakwah pada umat islam? Kalau belum maksimal, sekarang inilah saatnya kita bersedekah jariah. Kita harus punya saham dalam proyek amal jariah berapapun yang kita mampu.
                                                                                                          Kedua,
                                                                           Ilmu yang Bermanfaat
                                                                           --------------------------


Yang dimaksud ilmu disini adalah ilmu agama (untuk kebaikan), Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, niscaya ia akan dipahamkan (ilmu) dalam urusan agamanya” (HR.Bukhari Muslim).
Tetapi ia bukan sembarang ilmu agama, Ilmu agama disini adalah yang memenuhi tiga syarat;

Pertama. Ilmu agama yang benar yang berdasar Al-Qur’an dan Sunah Rasulullah saw, sesuai dengan pemahaman para ulama.

Kedua, Ilmu agama yang dimaksud adalah ilmu agama yang menjadikan pemiliknya bertakwa dan takut kepada Allah, baik diwaktu ramai maupun diwaktu sendiri, Abdullah bin Mas’ud berkata, “Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya riwayat(hafalan), tetapi ilmu adalah rasa takut kepada Allah SWT”
Maka ilmu tersebut melemahkan iman dan mengeraskan hati, tidak membuat pemiliknya dekat kepada Allah dan bersungguh-sungguh dalam ketaatan dan amal shalih, apalagi sekedar untuk mendebat para ulama, maka ia bukanlah ilmu agama.

Ketiga ; Ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu yang mendorong pemiliknya untuk mengamalkannya. Ia bukanlah ilmu untuk ilmu, atau sekedar untuk pengetauhan, untuk mendapatkan ijazah atau untuk memperoleh kepangkatan. Ilmu yang tidak diamalkan adalah seperti pohon yang tidak berbuah. 
Sebab buah ilmu yang sesungguhnya adalah amal.

Abu Darda’ berkata, “Sesungguhnya aku takut bahwa yang pertama ditanyakan kepadaku oleh Rabb-Ku adalah,”Apa yang telah kamu amalkan dari apa yang kamu ketahui?” Sedangkan yang dimaksud dengan ilmu agama yang bermanfaat adalah ilmu agama yang diajarkan kepada orang lain, sehingga orang lain mengamalkannya. Setiap orang yang mengajarkan ilmu agama, kemudian murid-muridnya mengamalkannya, maka sang guru akan mendapat pahala dari setiap murid yang mengamalkan ilmunya. Bahkan jika sang guru telah wafat, ia masih tetap mendapatkan kiriman pahala dari ilmu yang diajarkannya, Karena Rasulullah saw bersabda :

“Barang siapa menunjukkan suatu kebaikan, maka dia mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang mengamalkannya” (HR.Muslim)

Maka berbahagialah orang-orang yang sibuk mengajarkan ilmu agama kepada umat Islam, karena dia akan mendapatkan pensiunan pahala, meskipun dirinya telah tak berdaya dan meninggal dunia. Termasuk didalam ilmu yang bermanfaat adalah orang yang menulis dan menyebarluaskan buku-buku agama, sehingga orang membaca, mengerti Islam dan mengamalkannya. Mari kita bayangkan jika orang yang mendapat petunjuk karena ilmu yang anda dakwahkan itu lebih dari satu orang, lebih dari sepuluh orang, lebih dari seratus orang, lebih dari seribu orang dan seterusnya....... alangkah menggiurkan pahala yang akan dialirkan kepada anda. Padahal mungkin orang itu mendapat petunjuk melalui anda hanya  melalui pekerjaan yang sangat ringan, tidak banyak menguras tenaga dan biaya. Tapi pahala yang anda dapatkan sepanjang masa. Misalnya mungkin orang itu terbuka hatinya dan bertaubat kepada Allah melalui suatu khutbah Jum’at yang anda sampaikan, melalui satu artikel yang anda tulis, melalui acara dialog, melalui diskusi agama dengannya, melalui satu pertanyaan yang dia ajukan dan anda jawab, melalui ajakan anda agar ia meninggalkan suatu kemungkaran yang saat itu anda lihat.

 Kita tidak perlu melancong ke negeri yang jauh untuk mendapatkan pahala Jariyah (yang mengalir) melalui ilmu yang bermanfaat tersebut. Tapi kita bisa memulainya dengan mengajar dan mengajak orang-orang dilingkungan keluarga kita terlebih dahulu, lalu saudara, tetangga, kemudian masyarakat. Pertanyaannya adalah, sejauh mana kita telah belajar agama dan mengajarkannya kepada orang lain, sehingga kita punya saham dalam pensiunan pahala dibidang ilmu yang bermanfaat ? Kita tidak perlu menunggu menjadi seorang Ustadz, sebab apapun yang kita sampaikan, meskipun sedikit, asalkan ia adalah ilmu agama dan kebaikan yang diajarkan oleh Rasulullah, maka kita akan mendapat pahala kelak. 


Ketiga,
Anak shalih yang mendoakan orang tuanya
---------------------------------------------------

Anak adalah permata jiwa dan penyejuk hati. Untuk anak, sungguh kita siap mengorbankan apa saja, karena dia adalah darah daging kita. Tetapi dalam tuntunan Islam, memanjakan anak tidaklah dengan cara menuruti apa saja keinginan anak selama disana terdapat kemaslahatan untuk dirinya, atau tidak membahayakan dan mengandung dosa.

Orang tua yang sukses bukanlah orang tua yang mampu membesarkan anaknya sehingga menjadi orang profesional, gaji yang besar, menduduki jabatan puncak atau hal-hal lain yang bersifat duniawi. Apakah artinya orang tua yang memiliki anak-anak yang kaya, tetapi mereka durhaka pada Allah dan tidak berbakti kepada orang tuanya, anak-anak macam ini sejak di dunia telah menyengsarakan orang tuanya, padahal orang tuanya telah bersusah payah membesarkan dan membiayainya. Bahkan mereka bisa bermusuhan dengan sesama saudaranya, dan memusuhi orang tua mereka. Hal ini Allah SWT berfirman :  
  
”Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu itu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah!” (QS At-Taghabun: 14)

Islam mengajarkan anak adalah investasi pahala yang tiada habis-habisnya bagi orang tua. Untuk bisa menjadi investasi pahala, anak harus dididik menjadi anak shalih, anak yang taat kepada Allah dan berbakti pada kedua orang tuanya. Doa anak kepada orang tua inilah yang terus akan menyirami kita pada orangtua dengan siraman rahmat dariAllah, meskipun kita sudah berada di dalam kubur, karena itulah kita diajari senantiasa berdoa : 

” Ya Allah, Karuniailah kami isteri-isteri dan anak-anak yang menyejukkan hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS.Al-Furqan:74)

Kita boleh mendidik anak-anak kita dengan berbagai jenis pendidikan dan disiplin ilmu yang bermanfaat, tetapi janganlah lupa, yang terpenting adalah mengarahkan untuk menjadi anak shalih. Sehingga dia benar-benar menjadi anak kita yang memanjangkan usia produktifitas pahala kita di dunia, walaupun kita telah tiada.

Seandainya ada orang yang mengabdi atau memuliakan anda sehari-hari, pasti anda akan berlebihan memujinya, karena kebaikan dan pengabdiannya pada anda. Lalu anda berharap ada kesempatan untuk membalas budi baiknya. Bukankah demikian...? Tapi sadarkah, disana..... ada orang yang mengabdi untuk anda bertahun-tahun, menyuapi anda makan sewaktu anda kecil, dan berkorban untuk anda bertahun-tahun mengantar anda pergi sekolah. Ya, bertahun-tahun mereka mendidik dan berkorban apa saja untuk anda, sewaktu anda sakit, mereka langsung membawa anda ke rumah sakit, saat anda menangis, hati mereka seakan-akan teriris-iris..., bahkan mungkin air mata mereka juga ikut  mengalir.  Mereka mendoakan anda di keheningan malam, dan mereka bekerja keras untuk anda di terik matahari. Bertahun-tahun lamanya, dan mereka menikmati semuanya itu, lalu apa balasan anda kepada mereka ? Renungkanlah.
Ceritakanlah tulisan ini pada anak-anak anda, atau mereka enggan, suruhlah mereka membaca sendiri. Semoga...semogalah bermanfaat. Amin.


 *Penulis adalah Sekretaris Ta’mir Masjid Ar-Rohmah
aktif menulis di buletin komunitas ngaji bengi "At-Taubat"  
Perumahan Bumi Asri Gang Sawo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar