TIGA MASALAH BESAR
YANG SESUNGGUHNYA
Oleh : Muchsin Bahanan,
S.Sos*
Sabda Rasulullah yang
sangat populer dikalangan umat islam :
Dari Abu Hurairah Ra,
beliau berkata ,Rasulullah Saw bersabda “Apabila seorang anak adam meninggal
dunia, maka seluruh amalnya terputus kecuali tiga perkara ; Sedekah jariah,
Ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan orang tuanya” ( HR.Muslim ).
Tiga hal yang disebutkan Nabi
tersebut sebagai masalah besar, karena semuanya berkaitan dengan bekal kita
menghadap Allah. Bekal untuk memperpanjang kesempatan mendapat pahala, walaupun
sudah mati. Bekal masa depan hidup kita yang abadi di akhirat. Modal untuk
membangun rumah abadi di surga.
Bayangkanlah seorang manusia
sudah mati, lalu misalnya amal kebaikannya hanya kurang sedikit, tapi ia sangat
menentukan sehingga menyelamatkan dari neraka, apa yang bisa ia lakukan ? tidak
bisa apa-apa, ia tidak bisa menambah kebaikan atau pahala sedikitpun. Kecuali
kata Nabi saw, yang bisa menambah kebaikan dan pahala kita meskipun sudah mati
adalah tiga perkara.
Pertama,
Sedekah Jariah
------------------
Sedekah jariah adalah mengeluarkan
sebagian harta kita untuk kepentingan dan kemaslahatan umat Islam dan umat
manusia pada umumnya, seperti membangun masjid, madrasah, TPQ, pesantren,
yayasan da’wah, panti asuhan muslim, membangun jembatan, jalan dsb. Selama
berbagai proyek tersebut masih dimanfaatkan oleh umat islam dan manusia pada
umumnya, maka selama itu kita yang terlibat membangun, meskipun kita sudah mati
masih terus mendapatkan kiriman pahala dan kebaikan dari sedekah jariah kita.
Hitungan kasar pahala sedekah jariah itu adalah sebagai berikut, Anda membangun masjid atau
ikut terlibat dalam pembangunan masjid, baik dengan uang, tenaga maupun
pikiran,
Jika masjid itu digunakan shalat
berjamaah lima waktu sehari oleh sekitar 50 orang, maka setiap hari
anda mendapatkan pahala dari orang-orang yang shalat lima waktu tersebut.
Demikian pula bila masjid itu digunakan untuk kegiatan keislaman lainnya,
misalnya untuk kajian islam, seperti Aqidah, Tafsir, Hadist dsb. Untuk kegiatan
belajar mengajar Al-Qur’an, anda akan tetap mendapatkan pahala dari
fungsionalisasi masjid yang anda bangun tersebut, dan itu sepanjang masa,
bahkan walaupun anda sudah mati. Dengan catatan selama masjid itu digunakan
untuk berbagai aktifitas dakwah dan kebaikan, bukan aktifitas bid’ah dan
kemungkaran.
Adanya proyek sedekah jariah ini
artinya, kita dianjurkan oleh Rasulullah untuk lebih memikirkan kepentingan dan
kemaslahatan umat daripada memikirkan kepentingan diri kita sendiri. Bila kita
hanya mementingkan kepentingan kita sendiri, maka harta kita yang bertumpuk-tumpuk
dengan susah payah itu, begitu kita mati sudah tak berarti lagi dinikmati dan
menjadi milik orang lain, tapi kita yang harus bertanggung jawab.
Sebaliknya, bila kita memikirkan
kemaslahatan umat dengan berbagai proyek dakwah dan sosial tersebut maka
berarti kita memanjangkan usia kita, yaitu dengan proyek-proyek dakwah dan
sosial yang telah kita bangun. Saking pentingnya mendahulukan maslahat umum
daripada maslahat pribadi, sampai-sampai Rasulullah SAW bersada :
“ Sebaik-baik manusia
adalah yang lebih banyak manfaatnya untuk manusia lainnya “ (Al-Mu’jamul
Ausath)
Peduli kepada persoalan umat juga
menjadi barometer kesempurnaan Islam kita. Orang yang hidupnya hanya untuk
memikirkan urusan pribadinya, dan tidak pernah memikirkan urusan perjuangan
islam dan umat islam hendaknya hidp ditengan hutan bersama binatang.
Pertanyaannya adalah benarkah keadaan proyek-proyek sosial umat
islam telah maju ? tentu jawabnya, justru kondisinya sangat menyakitkan. Ini
menunjukkan kesadaran amal jariah masih sangat rendah ditengah-tengah umat
islam. Padahal ini adalah pensiunan pahala yang tiada
habis-habisnya. Bahkan masalah besar yang seharusnya mendapat perhatian exstra
ketat dari kita.
Kita tidak perlu menyalahkan
orang lain, marilah kita tanya diri kita sendiri, sudah berapa banyak tenaga,
pikiran dan harta yang kita curahkan untuk proyek sosial dakwah pada umat
islam? Kalau belum maksimal, sekarang inilah saatnya kita bersedekah jariah.
Kita harus punya saham dalam proyek amal jariah berapapun yang kita mampu.
Kedua,
Ilmu
yang Bermanfaat
--------------------------
Yang dimaksud ilmu disini adalah
ilmu agama (untuk kebaikan), Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Barang siapa yang
dikehendaki baik
oleh Allah, niscaya ia akan dipahamkan (ilmu) dalam urusan agamanya” (HR.Bukhari Muslim).
Tetapi ia bukan sembarang ilmu
agama, Ilmu agama disini adalah yang memenuhi tiga syarat;
Pertama.
Ilmu agama yang benar yang berdasar Al-Qur’an dan Sunah Rasulullah saw, sesuai
dengan pemahaman para ulama.
Kedua, Ilmu agama yang
dimaksud adalah ilmu agama yang menjadikan pemiliknya bertakwa dan takut kepada
Allah, baik diwaktu ramai maupun diwaktu sendiri, Abdullah bin Mas’ud berkata,
“Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya riwayat(hafalan), tetapi ilmu adalah rasa
takut kepada Allah SWT”
Maka ilmu tersebut melemahkan
iman dan mengeraskan hati, tidak membuat pemiliknya dekat kepada Allah dan
bersungguh-sungguh dalam ketaatan dan amal shalih, apalagi sekedar untuk mendebat
para ulama, maka ia bukanlah ilmu agama.
Ketiga ; Ilmu yang dimaksud
disini adalah ilmu yang mendorong pemiliknya untuk mengamalkannya. Ia bukanlah
ilmu untuk ilmu, atau sekedar untuk pengetauhan, untuk mendapatkan ijazah atau
untuk memperoleh kepangkatan. Ilmu yang tidak diamalkan adalah seperti pohon
yang tidak berbuah.
Sebab buah ilmu yang sesungguhnya
adalah amal.
Abu Darda’ berkata, “Sesungguhnya
aku takut bahwa yang pertama ditanyakan kepadaku oleh Rabb-Ku adalah,”Apa yang
telah kamu amalkan dari apa yang kamu ketahui?” Sedangkan yang dimaksud dengan
ilmu agama yang bermanfaat adalah ilmu agama yang diajarkan kepada orang lain,
sehingga orang lain mengamalkannya. Setiap orang yang mengajarkan ilmu agama,
kemudian murid-muridnya mengamalkannya, maka sang guru akan mendapat pahala
dari setiap murid yang mengamalkan ilmunya. Bahkan jika sang guru telah wafat,
ia masih tetap mendapatkan kiriman pahala dari ilmu yang diajarkannya, Karena
Rasulullah saw bersabda :
“Barang siapa
menunjukkan suatu kebaikan, maka dia mendapatkan pahala yang sama dengan orang
yang mengamalkannya” (HR.Muslim)
Maka berbahagialah orang-orang
yang sibuk mengajarkan ilmu agama kepada umat Islam, karena dia akan
mendapatkan pensiunan pahala, meskipun dirinya telah tak berdaya dan meninggal
dunia. Termasuk didalam ilmu yang bermanfaat adalah orang yang menulis dan
menyebarluaskan buku-buku agama, sehingga orang membaca, mengerti Islam dan
mengamalkannya. Mari kita bayangkan jika orang yang mendapat petunjuk karena
ilmu yang anda dakwahkan itu lebih dari satu orang, lebih dari sepuluh orang,
lebih dari seratus orang, lebih dari seribu orang dan seterusnya.......
alangkah menggiurkan pahala yang akan dialirkan kepada anda. Padahal mungkin
orang itu mendapat petunjuk melalui anda hanya melalui pekerjaan yang
sangat ringan, tidak banyak menguras tenaga dan biaya. Tapi pahala yang anda
dapatkan sepanjang masa. Misalnya mungkin orang itu terbuka hatinya dan
bertaubat kepada Allah melalui suatu khutbah Jum’at yang anda sampaikan,
melalui satu artikel yang anda tulis, melalui acara dialog, melalui diskusi
agama dengannya, melalui satu pertanyaan yang dia ajukan dan anda jawab,
melalui ajakan anda agar ia meninggalkan suatu kemungkaran yang saat itu anda
lihat.
Kita tidak perlu melancong ke negeri yang jauh untuk mendapatkan
pahala Jariyah (yang mengalir) melalui ilmu yang bermanfaat tersebut. Tapi kita bisa
memulainya dengan mengajar dan mengajak orang-orang dilingkungan keluarga kita
terlebih dahulu, lalu saudara, tetangga, kemudian masyarakat. Pertanyaannya
adalah, sejauh mana kita telah belajar agama dan mengajarkannya kepada orang
lain, sehingga kita punya saham dalam pensiunan pahala dibidang ilmu yang
bermanfaat ? Kita tidak perlu menunggu menjadi seorang Ustadz, sebab apapun
yang kita sampaikan, meskipun sedikit, asalkan ia adalah ilmu agama dan
kebaikan yang diajarkan oleh Rasulullah, maka kita akan mendapat pahala
kelak.
Ketiga,
Anak shalih
yang mendoakan orang tuanya
---------------------------------------------------
Anak adalah permata jiwa dan
penyejuk hati. Untuk anak, sungguh kita siap mengorbankan apa saja, karena dia
adalah darah daging kita. Tetapi dalam tuntunan Islam, memanjakan anak tidaklah
dengan cara menuruti apa saja keinginan anak selama disana terdapat
kemaslahatan untuk dirinya, atau tidak membahayakan dan mengandung dosa.
Orang tua yang sukses bukanlah
orang tua yang mampu membesarkan anaknya sehingga menjadi orang profesional,
gaji yang besar, menduduki jabatan puncak atau hal-hal lain yang bersifat
duniawi. Apakah artinya orang tua yang memiliki anak-anak yang kaya, tetapi
mereka durhaka pada Allah dan tidak berbakti kepada orang tuanya, anak-anak
macam ini sejak di dunia telah menyengsarakan orang tuanya, padahal orang
tuanya telah bersusah payah membesarkan dan membiayainya. Bahkan mereka bisa
bermusuhan dengan sesama saudaranya, dan memusuhi orang tua mereka. Hal ini
Allah SWT berfirman :
”Sesungguhnya di
antara isteri-isterimu dan anak-anakmu itu ada yang menjadi musuh bagimu maka
berhati-hatilah!” (QS At-Taghabun: 14)
Islam mengajarkan anak adalah
investasi pahala yang tiada habis-habisnya bagi orang tua. Untuk bisa menjadi
investasi pahala, anak harus dididik menjadi anak shalih, anak yang taat kepada
Allah dan berbakti pada kedua orang tuanya. Doa anak kepada orang tua inilah
yang terus akan menyirami kita pada orangtua dengan siraman rahmat dariAllah,
meskipun kita sudah berada di dalam kubur, karena itulah kita diajari
senantiasa berdoa :
” Ya Allah,
Karuniailah kami isteri-isteri dan anak-anak yang menyejukkan hati, dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS.Al-Furqan:74)
Kita boleh mendidik anak-anak
kita dengan berbagai jenis pendidikan dan disiplin ilmu yang bermanfaat, tetapi
janganlah lupa, yang terpenting adalah mengarahkan untuk menjadi anak shalih.
Sehingga dia benar-benar menjadi anak kita yang memanjangkan usia produktifitas
pahala kita di dunia, walaupun kita telah tiada.
Seandainya ada orang yang
mengabdi atau memuliakan anda sehari-hari, pasti anda akan berlebihan
memujinya, karena kebaikan dan pengabdiannya pada anda. Lalu anda berharap ada
kesempatan untuk membalas budi baiknya. Bukankah demikian...? Tapi sadarkah,
disana..... ada orang yang mengabdi untuk anda bertahun-tahun, menyuapi anda
makan sewaktu anda kecil, dan berkorban untuk anda bertahun-tahun mengantar
anda pergi sekolah. Ya, bertahun-tahun mereka mendidik dan berkorban apa saja
untuk anda, sewaktu anda sakit, mereka langsung membawa anda ke rumah sakit,
saat anda menangis, hati mereka seakan-akan teriris-iris..., bahkan mungkin air
mata mereka juga ikut mengalir. Mereka mendoakan anda di keheningan
malam, dan mereka bekerja keras untuk anda di terik matahari. Bertahun-tahun
lamanya, dan mereka menikmati semuanya itu, lalu apa balasan anda kepada mereka
? Renungkanlah.
Ceritakanlah tulisan ini pada
anak-anak anda, atau mereka enggan, suruhlah mereka membaca sendiri.
Semoga...semogalah bermanfaat. Amin.
*Penulis adalah Sekretaris Ta’mir Masjid
Ar-Rohmah
aktif menulis di buletin komunitas ngaji bengi "At-Taubat"
Perumahan Bumi Asri Gang Sawo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar